Apa, Sih, January Effect?


January Effect selalu menjadi pembicaraan bagi mereka yang sering melakukan transaksi saham di bursa. Pada Januari, biasanya harga saham mengalami kenaikan dan kenaikan ini memberikan keuntungan bagi investor. Kenaikan ini sangat jauh berbeda dengan peningkatan pada bulan-bulan lainnya (selain Januari).

January Effect muncul dari bursa yang sudah maju, seperti Bursa New York, Bursa London, Bursa Frankfurt, Bursa Sydney, dan Bursa Tokyo. Historisnya, analis di perusahaan sekuritas, termasuk di perusahaan investasi (aset manajemen), melakukan pertemuan yang dimulai dari awal atau pertengahan November untuk mendiskusikan atau mengecek data yang sudah bisa dipublikasikan sekalian untuk mendapatkan data proyeksi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa untuk tahun berikutnya.

Tindakan ini dikenal dengan company visit, yaitu tindakan keharusan bagi analis yang bekerja pada perusahaan sekuritas. Pada pertemuan ini akan diperoleh proyeksi tahun berjalan karena laporan sembilan bulan (berakhir pada September) sudah ada catatan perusahaan sehingga proyeksi tahun berjalan bisa diestimasikan sesuai dengan proyeksi sebelumnya.

Lalu, analis juga menanyakan aktivitas investasi, target dan proyeksi di tahun mendatang untuk mendapatkan pandangan apakah saham ini masih terus layak dipegang para investor, terutama fund manager. Berdasarkan informasi yang diperoleh, analis membuat laporan hasil analisisnya. Laporan analisis perusahaan untuk tahun mendatang serta proyeksi tahun berjalan dikirimkan kepada para fund manager dan investor, saat laporan ini akan sampai sekitar Natal dan sebelum Tahun Baru. Padahal, para fund manager sudah bepergian liburan untuk Natal karena Natal sebuah peristiwa bagi para fund manager yang memiliki atau menganut agama Kristen dan Katolik. Laporan tersebut belum terbaca secara detail sehingga belum ada tindakan atas laporan tersebut.

Kemudian, fund manager investasi balik dari liburan dan masuk pada 2 Januari sampai dengan 5 Januari. Laporan analis langsung menjadi santapan para fund manager tersebut. Hasil analisis tersebut diperhatikan dengan portofolio dan melakukan tindakan. Fund manager melakukan perubahan strategi atas laporan tersebut, saham yang dianggap tidak mempunyai prospek lebih bagus akan dijual. Saham yang mempunyai prospek dan akan memberikan tingkat pengembalian yang tinggi akan dibeli. Akibat pembelian saham oleh fund manager lebih besar daripada yang menjual, harga saham mengalami kenaikan. Kenaikan ini cukup besar dan ternyata melebihi kenaikan harga saham pada 11 bulan lainnya sehingga disebut January Effect.

Penelitian empiris yang dilakukan menunjukkan tingkat pengembalian pada Januari untuk pasar dengan menggunakan data IHSG sangat jarang lebih tinggi daripada tingkat pengembalian pada Desember. Hasil empiris memperlihatkan bahwa tingkat pengembalian Desember melebihi 5,25 persen, sementara pada Januari di bawah 5 persen. Artinya, January Effect tidak terjadi di bursa saham Indonesia, tetapi penulis menyebutkannya Desember Effect.

Tingkat pengembalian Desember lebih tinggi dibandingkan dengan bulan lain dikarenakan pada Desember terjadi aktivitas window dressing. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan semua pihak bersama agar terjadi harga yang lebih tinggi. Para manajer investasi (fund manager) melakukan tindakan menaikkan harga untuk lebih tinggi, terutama di menit-menit terakhir transaksi. Semua pihak mempunyai kepentingan bukan saja si fund manager, melainkan juga emiten yang sahamnya tercatat di bursa. Apabila harga saham naik, akan terjadi tingkat pengembalian yang tinggi dan ada bahan untuk jualan sehingga investor bisa masuk pada produk investasi darifund manager dan perusahaan yang terdaftar mempunyai kebanggaan harga sahamnya meningkat.

Berdasarkan informasi yang diuraikan tersebut, kenaikan harga saham pada Desember di Indonesia disebabkan oleh sentimen pasar dalam kerangka untuk prospek tahun berikutnya. Saham yang tidak mencapai target di bulan sebelum Desember, pada Desember harga saham tersebut diusahakan untuk mencapai nilai intrinsik saham pada tahun tersebut.

Sementara itu, harga saham yang disebabkan pada Januari dikarenakan fund manager melakukan perubahan strategi untuk mendapatkan keuntungan atau tingkat pengembalian yang tinggi agar investor mau melakukan investasi pada produk yang dikelola.

Pola pikir ini yang membuat perbedaan kejadian tingkat pengembalian yang terjadi di pasar investasi tersebut. Pengetahuan investor yang memahami bursa saham juga masih sedikit dikarenakan kurikulum pendidikan yang ada saat ini belum memasukkan pembahasan investasi. Edukasi terhadap investor sangat dibutuhkan agar tidak terjadi kenaikan harga saham pada Desember, tetapi kenaikan yang wajar dikarenakan fundamental saham perusahaan yang bersangkutan.

Sumber: kompas