Salah satu masalah alamiah dalam berinvestasi adalah
tidak adanya kepastian akan masa depan, sebab sebuah perusahaan yang mapan
sekalipun bisa tersandung masalah sehingga kinerjanya mundur atau malah bangkrut.
Oleh sebab itu, dalam berinvestasi di saham, keputusan
untuk memasukkan seluruh dana yang tersedia hanya pada satu saham, sangat tidak
dianjurkan.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana sebaiknya teknik atau
strategi diversifikasi yang disarankan?
Pengamat pasar modal Teguh Hidayat menuturkan,
diversifikasi pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya
kerugian. Kalau seluruh dana yang Anda miliki digunakan untuk membeli satu
saham saja, maka ketika pilihan Anda tersebut ternyata keliru, maka nilai
kerugian yang terjadi bisa sangat besar.
Namun, jika Anda menyebarkan dana Anda pada sepuluh
saham yang berbeda, maka minimal selalu ada saja satu atau dua saham yang
sukses menghasilkan keuntungan, dan mengurangi risiko kerugian yang mungkin terjadi.
Sementara jika Anda merupakan investor yang
berpengalaman, maka dari sepuluh saham yang Anda pilih, biasanya ada saja satu
atau dua di antaranya yang ternyata keliru, namun tetap lebih baik ketimbang
Anda hanya memilih satu saham, kemudian satu saham tersebut ternyata keliru.
Diversifikasi yang anda lakukan bisa dikatakan efektif,
jika tidak ada saham tertentu dalam portofolio anda yang memiliki kontribusi
terlalu signifikan terhadap kinerja portofolio secara keseluruhan. Di sisi
lain, tidak ada saham yang hampir tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap
kinerja portofolio secara keseluruhan.
Contohnya, Anda memiliki dana Rp10 juta. Nah, Rp7 juta
digunakan untuk membeli hanya satu saham saja, yakni saham A, sementara
selebihnya baru disebar ke saham B, C, D, dan seterusnya.
Ini adalah diversifikasi yang keliru, karena saham A
memiliki bobot yang terlalu besar terhadap portofolio. Di sisi lain, jika Anda
memiliki dana Rp10 juta, dan Anda membeli saham tertentu sebanyak Rp100,000
saja, maka strategi diversifikasi tersebut juga keliru.
Sebab, mau saham tersebut naik 100% atau turun 90%,
efeknya terhadap portofolio secara keseluruhan hampir tidak akan terasa sama
sekali.
Apa yang membuat Warren Buffett menolak diversifikasi?
Pertama, ketika Buffett ‘diharuskan’ untuk membeli 40 saham yang berbeda, maka
ia akan kesulitan untuk menemukan 40 saham yang layak investasi di Wall Street.
Buffett senantiasa menerapkan kriteria investasi yang
sangat ketat terhadap saham-saham pilihannya, sehingga ketika ia melakukan
screening untuk memilih saham, maka dari ratusan hingga ribuan saham yang
terdaftar di NYSE, ia hanya memperoleh 10 hingga 20 saham saja yang memang
layak dibeli.
Kedua, tujuan diversifikasi adalah untuk menekan risiko
terjadinya kerugian. Sementara strategi value investing yang dijalani oleh
Buffett, fokus pada upaya untuk menekan risiko terjadinya kerugian.
Jadi jika tujuannya adalah untuk ‘jangan sampai rugi’,
maka diversifikasi yang lebar (wide diversification) sebenarnya tidak lagi
diperlukan, karena dengan catatan si investor yang bersangkutan sudah
menerapkan strategi value investing dengan tepat, maka kecil kemungkinan ia
akan mengalami kerugian.
Apakah diversifikasi itu diperlukan? Perlu, karena
ketika Anda sudah sangat yakin terhadap value atau prospek dari saham tertentu,
namun saham pilihan Anda tersebut tetap saja bisa keliru, sehingga Anda
sebaiknya menempatkan investasi anda pada beberapa saham yang berbeda.
Diversifikasi seperti apakah yang diperlukan?
Diversifikasi yang wajar, alias tidak berlebihan! Anda disarankan untuk
menyebarkan dana Anda pada tujuh hingga sepuluh saham yang berbeda, atau
maksimal lima belas.
Dari saham-saham yang dipegang, terdapat tiga hingga
lima saham yang menjadi pegangan utama, di mana sekitar 40 hingga 60% aset ditempatkan
pada saham-saham utama tersebut, sementara selebihnya baru disebar di
saham-saham yang lain.
Di sisi lain, Anda juga jangan membeli saham tertentu
pada jumlah yang terlalu sedikit, kecuali jika saham tersebut sedang dalam
tahap akumulasi. Alhasil, semua saham didalam portofolio adalah penting, baik
merupakan pegangan utama atau bukan.
Jika Anda tertarik pada satu saham tertentu, namun Anda
tidak cukup yakin untuk membelinya dalam jumlah yang cukup signifikan, maka
lebih baik tidak usah sama sekali.
Dengan cara inilah, Anda akan memiliki portofolio yang
tidak ada saham tertentu di dalamnya yang memiliki pengaruh terlalu besar
terhadap kinerja investasi anda secara keseluruhan. Namun di sisi lain juga
tidak ada saham ‘remeh-temeh’ yang tidak berpengaruh apapun terhadap portofolio
saham Anda.
Dan ketika Anda sampai pada kondisi itulah, maka bisa
dikatakan bahwa strategi diversifikasi yang Anda lakukan telah berjalan
efektif, dan Anda tidak perlu lagi khawatir jika salah satu saham pilihan Anda
ternyata keliru.
Sumber: ciputraentrepreneurship.com
Image: guidance.fidelity.com