Bagaimana Cara Mencari Saham Undervalued Dalam 3 Langkah


Investor umumnya tidak banyak memahami pasar karena mereka tidak membeli saham yang sehat dan murah, tapi saham yang menarik perhatian mereka. Karena saham yang sering tercantum dalam media dan diikuti oleh massa cenderung undervalued. Selain itu, jika Anda berinvestasi pada saham  yang orang lain banyak berivestasi di sana, kinerja Anda akan sama dengan mereka.

Menganalisis ribuan perusahaan publik memang tidak mudah dan cenderung menakutkan. Berikut tiga langkah sederhana untuk menemukan saham yang sehat, dan saham yang undervalued untuk berinvestasi.

Langkah 1: Kumpulkan Informasi
Tujuan: mengidentifikasi 30 perusahaan untuk dianalisis

Menemukan saham-saham untuk dianalisis adalah suatu hal yang sulit dilakukan investor, tapi sebenarnya hal itu tidaklah benar-benar sulit. Internet telah memberikan kita informasi yang banyak dan ada ribuan saham yang tercatat di bursa, dan internet memiliki alat yang bagus untuk menyaring mana informasi sampah.

Ingat: meskipun kita sedang mencari saham undervalue, saham yang valuasi murah tidak ada gunanya jika situasi keuangan perusahaan tersebut sedang tidak bagus.

"It is far better to buy a wonderful company at a fair price than a fair company at a wonderful price."


Kriteria dasar yang selalu digunakan dalam tahap ini adalah:
  1. Return on Equity > 15% (Mengindikasikan profitabilitas tinggi dan berpotensi memiliki keunggulan kompetitif)
  2. Debt-to-Equity ratio < 0.5 (Menyiratkan bahwa perusahaan tidak tergantung pada modal dari luar untuk membiayai pertumbuhan)
  3. Current ratio > 2 (kepastian perusahaan mampu membayar kewajiban jangka pendeknya)


Langkah 2: Buat daftar singkat
Tujuan: kurangi 30 perusahaan menjadi hanya 3 (atau kurang) perusahaan yang bagus.

Anda sudah memiliki daftar 30 perusahan? Bagus. Ini berarti Anda sudah menyaring sebagian besar perusahaan sampah. Sekarang saatnya untuk menyaring lagi menjadi 3 perusahaan saja. Pada langkah pertama, Anda bisa melakukan proses penyaringan sederhana, namun sekarang Anda harus menggali sedikit lebih dalam untuk mengidentifikasi mana permata sejati. Mengacu pada Surat-surat bagi Pemegang Saham Berkshire, kita belajar bahwa superinvestor Warren Buffett mencari hal-hal berikut dalam saham pemenang:

Profitabilitas tinggi secara konsisten
Margin bersih tinggi dan cenderung meningkat adalah suatu tanda besar yang menunjukkan bahwa suatu perusahaan lebih efisien, atau mampu meningkatkan nilai  nya. Hal ini pada gilirannya harus mengarah pada  nilai buku yang terus menerus meningkat juga, pastikan untuk memeriksa apakah perusahaan menghasilkan tingkat Free Cash Flow (FCF) yang sehat. Jika sebuah perusahaan melaporkan laba bersih tetapi tidak dapat menghasilkan FCF, ini dapat mengindikasikan adanya manipulasi terhadap laba.

Tingkat utang yang rendah
Jumlah utang yang besar menimbulkan risiko suku bunga yang signifikan dan menyebabkan angka ROE meningkat. Utang perusahaan yang membengkak lebih mudah mendapat masalah ketika penjualan melambat atau suku bunga mulai berfluktuasi. Rasio hutang jangka panjang (A long-term debt-to-equity ratio) terhadap ekuitas di bawah 0,5 lebih baik, serta current ratio di atas 2.

Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan
Ini  merupakan analisis diluar angka dan rasio keuangan. Bisnis yang menguntungkan akan menarik munculnya pesaing, dan meningkatnya persaingan umumnya akan mengarah ke keuntungan yang lebih rendah, kecuali ketika sebuah perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Sesuatu yang tidak dapat dengan mudah diraih. Contohnya adalah hak paten, merek dagang, skala ekonomi, dan efek jaringan.

Manajemen yang Jujur, kompeten, berorientasi kepada pemegang saham
Pemain saham jenius Peter Lynch menyarankan untuk mencari bisnis yang semua orang bisa menjalankannya, karena cepat atau lambat semua orang akan menjalankannya. Namun demikian, manajemen yang solid memainkan peran kunci dalam keberhasilan bisnis. Oleh karena itu, selalulah Googling nama-nama eksekutif kunci untuk mengetahui siapa mereka dan apa track record mereka. Tambahkan "skandal", "penipuan", dan kata-kata serupa pada pencarian Anda untuk mengetahui apakah mereka telah terlibat dalam sesuatu. Lakukan hal yang sama untuk perusahaan itu sendiri. Juga analisis strategi alokasi modal perusahaan. Gunakan aturan praktis berikut: perusahaan dengan return tinggi pada ekuitas secara konsisten dan dengan pertumbuhan yang cukup tinggi harus menginvestasikan kembali (sebagian besar) pendapatannya ke perusahaan, dan juga kepada pemegang saham lebih baik jika perusahaan membayar dividen dan / atau membeli kembali saham. Namun, membeli kembali saham seharusnya hanya dilakukan ketika perdagangan saham secara signifikan di bawah nilai intrinsik perusahaan.

Sebuah bisnis yang Anda pahami
Buffett pernah berkata ia dan rekan bisnisnya Charlie Munger hanya berbisnis pada bisnis yang mereka pahami, dan saya sarankan Anda melakukan hal yang sama. Hindari perusahaan yang kompleks, alasan untuk menghindari mereka karena semakin kompleks sebuah bisnis, semakin sulit untuk membuat proyeksi yang wajar tentang kinerja masa depan. Jadi konsisten lah dengan model bisnis yang Anda mengerti.
Ini memang butuh sedikit pengorbanan, tapi dengan menganalisis masing-masing 30 perusahaan pada daftar Anda dengan menggunakan kriteria yang disebutkan di atas, Anda dapat mengidentifikasi peluang investasi terbaik  yang mungkin ada.

Langkah 3: Perkirakan nilai intrinsik
Tujuan: mengetahui apakah pilihan Anda terindikasi sedang undervalued

Sekarang Anda memiliki sedikit perusahaan tersisa, sekarang langkah akhir: memeriksa apakah harga tepat untuk dibeli

Ada beberapa cara untuk menghitung nilai intrinsik dari sebuah perusahaan, seperti:

1. Price-Earnings multiple
Metode ini adalah dengan menghitung target harga 5 tahun berdasarkan pada rasionalitas, sejarah P / E valuasi dan kemudian sampai dapa perkiraan nilai intrinsik dengan menggunakan NPV.

2. Discounted Cash Flow (DCF) Model
Perhitungan nilai intrinsik yang kuat berdasarkan nilai diskonto dari kas yang dapat diambil dari bisnis

3. Penilaian Return on Equity
Metode ketiga dan terakhir adalah dengan menghitung Return on Equity (ROE).

BY NICK KRAAKMAN